Kamis, 11 Desember 2014

Kutitipkan Rindu Pada Sebuah Gitar Bolong

Teruntuk kau,
yang pernah menemani dirintikan hujan malam itu
ya, hanya hujan, kita, kau, dan aku
ku tautkan hati pada rasa yang tak menentu

barangkali ada banyak kebebasan yg bisa kumiliki
tapi pada malam itu, ku biarkan salah satu kebebasan itu terpenjarakan
Ketika kucoba membuka mata di fajar pagi
sungguh, masih terpenjarakan

ada apa dibalik kesunyian ?
merayu ketegaran untuk jatuh hati pada malam itu
kutuliskan dalam secarik kertas putih
tapi tak mampu kutitipkan pada angin

dikolong langit, aku memilih bungkam
diam sembari menahan rindu
ini tak layak ku ucapkan
hati kita berbeda, dan takkan sama

kutitipkan rindu ini pada sebuah gitar bolong
entah akan menjadi harmoni yang indah
ataukah menjadi nada sumbang
alunan nada yang (kuharap) bisa kau dengarkan :)





Selasa, 02 Desember 2014

Sajak Sumbang

ada sajak yang tak tersampaikan angin kepada daun gugur hingga menjadikannya tiada
ia masih saja bisu menjadi saksi huruf-huruf yang ku lemparkan pada pelangi di sore itu
jangan kau pungut, biarkan saja ia jatuh ke tanah, karena ia bisa menerkammu
jangan kau sentuh, jangan letakkan dalam hatimu, ia bisa menjadi duri yang menyakitimu
tapi cukup kau ingat aku pernah melemparnya ke pelangi untuk menjaga mu dikala senja :)


MENCARI SOSOK NEGARAWAN

Maraknya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang terjadi di negara ini, menuntut adanya reformasi birokrasi dan administrasi yang terjadi pada tubuh pemerintahan. Tetapi perubahan tersebut tidak ada artinya jika aparatur negara sebagai pengurus negara, pelayanan masyarakat, dan pondasi dalam menyelenggarakan pemerintahan ketika budaya dan moral dari masing-masing individu masih konservatif. Dengan melihat realita yang terjadi saat ini, diperlukanlah negarawan menjadi pengurus negara.
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, tidak semua birokrat dan aparatur negara adalah negarawan, kebanyakan adalah politisi menduduki jabatan penting dalam pemerintahan. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya tindakan para birokrat yang diamanahkan masyarakat untuk membangun negara, memenuhi kepentingan negara dan masyarakat, malah merugikan negaranya sendiri dengan kasus korupsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena sudah merajalela dalam segala lapisan pemerintahan.
Negarawan memikirkan bagaimana nasib bangsanya kedepan
Politisi memikirkan apa proyek yang akan didapatkan kedepannya
Memang segelintir pendapat seperti diatas bisa dikatakan hanyalah lelucon, tetapi itulah yang terjadi saat ini. Sehingga wajar saja masyarakat Indonesia rindu akan hadirnya seorang negarawan seperti Soekarno, Muhammad Hatta, Tan Malaka, dan masih banyak lagi para leluhur kita yang mengabdikan dirinya semata-mata hanya untuk kepentingan negara. Hatta yang ingin sekali membeli sepatu idamannya, ternyata sampai akhir hayatnya pun ia tidak bisa membelinya. Padahal dengan memanfaatkan kedudukannya sebagai wakil presiden ia bisa memuaskan apa yang ingin dia dapatkan. Tetapi itulah negarawan yang mementingkan kepentingan negara diatas kepentingan dirinya sendiri.
“Tahu kalian apaa yang dibutuhkan bangsa cacing ini ?
Seorang pemimpin yang mampu mengangkat derajad mereka kembali “
(dalam Pramoedya : 2005 : 283)
Ditengah kemerosotan dan berbagai masalah yang dihadapi oleh bangsa kita, yang mampu mengangkat derajad kita kemabali adalah bangsa kita sendiri. Dibutuhkan pemimpin harus memahami berbagai gejala penyakit masyarakat, mendeteksinya sejak dini, dan mencari cara menyembuhkannya. Seperti yang dikatakan Plato “negarawan seperti  seorang raja-filsuf. Pengetahuan merupakan salah satu syarat terpenting menjadi seorang negarawan, yang harus mengatahui bagaimana kultur dari masyarakatnya, serta bagaimana keadaan bangsanya sendiri.

Untuk itu, jangan sekali-kali tinggalkan sejarah, mari kita refleksi lagi untuk menumbuhkan niai-nilai nasionalisme sehingga muncullah bibit-bibit negarawan yang akan membawa Indonesia lebih baik kedepannya. 

Selasa, 08 Oktober 2013

UNTUK SAHABAT

Persahabatan bagai kepompong . . .
merubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang taak mudah berubah jadi indah
begitulah lirik dalam sebuah lagu masa silam yang masih teringat dimemori yang sudah usang ini
tapi kenangan tentang kita tak kan pernah usang dimakan waktu kawan
Seiring berjalannya waktu yang telah kita lewati bersama 
suka, cita, tawa, canda, kesedihan, kemarahan kita hadapi bersama
disaat aku rapuh ada kalian yang selalu menyemangati
hidup ini terasa indah kawan disaat aku ada disampingmu
rasa kesendirian ini terobati dengan seribu canda tawa yang kita hadirkan
sudah lebih satu tahun persahabatan ini kita arungi
sudah pasti adanya pasang surut dalam persahabatan kita
kesalahpahaman yang membuat hati ini murka, amarah, sedih, linglung menyatu menjadi sebuah emosi yang tak terbendung
tapi semuanya dapat kita lalui kawan . . .
semoga kita selalu solid sampai kita mempunyai anak cucu nantinya
sungguh aku sangat bahagia memiliki sahabat seperti kalian
peluk hangat untuk sahabat yang tak lekang oleh waktu
yang selalu hadir dalam suka dan duka
dan selalu ada dalam hati ini . . .

Salam hangat untuk sahabatku . . .
Nia Martasari
Sri Rahayu

DI PERSIMPANGAN JALAN

Suatu hari dipersimpangan jalan
Dipenuhi kendaraan yang melintas silih berganti
Dibawah teriknya matahari yang terasa menyengat
Ku coba goreskan pena disecarik kertas putih
Tentang negeriku ini . . .

Dipersimpangan jalan
Kulihat anak-anak bangsa menapaki hidupnya
Dengan mengharapkan belas kasihan dari pengguna jalan
Pancaran matamu suram kawan . . .
Aku ingin mendekatimu 
Seraya bertanya, apa yang sedang kau pikirkan ?
Memikirkan nasib hidupmu esok hari ?

Dipersimpangan jalan
Kulihat gedung putih nan indah berdiri kokoh
Kulihat sedan-sedan mengkilap bejejeran disana
Aku ingin mengunjungi gedungmu 
Seraya bertanya, apa yang sedang kau tulis ?
Sibuk tulis siapa yang akan dimakan besok hari ?
Rakyatmu diluar sana berpeluh keringat
Tak tahu apa masih ada yang dimakan besok hari

Rakyat bersemangat
Wakil rakyat tersenyum
Wakil rakyat dapat kursi, duduk digedung mewah
Rakyat dapat apa ?
Apakah ini Indonesia ?
Apakah ini negeriku ?
Hatiku bertanya-tanya
Dipersimpangan jalan . . .

Minggu, 06 Oktober 2013

Cerita Tentang Negeriku

Dinegeri ku yang indah permai
Terhampar lautan biru yang amat luas
Terbentang luas karpet hijau nan menyejukkan mata
Orang bilang di negeri ku ini tongkat pun bisa jadi tanaman
Dihamparan karpet hijau nan amat luas ini
Para marhaen menapaki hidup nya
Bekerja keras untuk mendapatkan sesuap nasi dan menghidupi keluarganya
Para marhaen sedang bersusah payah
Tapi apa yang dilakukan para pemimpin nya ???
Sibuk mencari-cari uang rakyat yang akan dikurasnya
Orang bilang tanah negeri ku ini tanah surga
apakah surga yang hanya bisa dinikmati para birokrat sampah ?
Ternyata benar yang dikatakan Gaetano Mosca dalam Oligarki nya Kaum Mayoritas yang selalu mensuplai kebutuhan dari kaum minoritas
Dan realita yang terjadi sekarang para marhaen ku bersusah payah untuk membayar pajak dengan pengharapan mendapatkan fasilitas dan pelayanan yang baik dari negeri ku ini, tapi apa yang terjadi ???
Para birokrat sampah malah seenaknya mengkorup uang mereka
Hatiku hancur berkeping-keping para marhaen ku ......
Yang aku pelajari di kampus bahwasanya negeriku ini berproses menuju Good Governance melalui Reformasi Birokrasi
tapi yang kulihat sekarang ini tak ubahnya dari Paradigma Old Public Administration, bukankah begitu para marhaen ku ???
Maafkan aku para marhaen ku
Yang terlalu apatis selama ini
Biarkan aku berkecimpung dinegeri ku ini, hingga Good Governance itu benar-benar terwujud, agar kehidupan dikau sejahtera para marhaen ku :)Ini Cerita Tentang Negeriku ......